Sejarah Rhing Mancang



Gampong Rhing Mancang secara Geografis berbatasan dengan Rhing Blang di sebelah utara, disebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Geulidah, disebelah timur berbatasan dengan Gampong Mesjid Tuha dan disebelah barat berbatasan dengan Gampong Teupin Peraho. Berdasarkan data yang diambil pada tahun 2013 Gampong Rhing Mancang Memiliki Persawahan seluas 25,00 Ha, Luas Perkebunan 11,25 Ha, luas Perkuburan 1,00 ha dan luas untuk prasarana umum sebanyak 2 ha. Keseluruhan persawahan merupakan sawah irigasi teknis, tanah basah di daerah ini sudah tidak ada lagi seperti zaman dahulu, tekstur tanah berupa pasiran dan tingkat kemiringan tanah 0,30 derajat. 

Dulunya didaerah ini mungkin sekitar tahun 1800an, narasumber menceritakan waktu itu masih zaman kependudukan Belanda di Indonesia. Pada saat itu Rhing Blang dan Rhing Mancang masih memiliki Keuchik yang sama dikarenakan penduduk gampong Rhing Mancang masih sangat sedikit.  Di gampong Rhing Mancang terdapat pohon Mancang yang berada di samping meunasah pohon tersebut  sangatlah besar dan berbuah banyak, di desa ini terdapat 3 pohon mancang. Mungkin karena itulah Gampong ini disebut dengan Rhing Mancang ujar nenek Maimunah (usianya diperkirakan lebih dari 100 tahun)—Diceritakan langsung oleh narasumber penduduk asli Gampong Rhing Mancang.


Di Desa Rhing Mancang terdapat sebuah jalan yang dinamakan dengan jalan “Dara Baroe” ternyata ada sebuah cerita dibalik balik pemberian nama tersebut, begini ceritanya pada suatu hari sedang diakan acara antar Dara Baroe seperti adat pernikahan Aceh biasanya pada acaranya itu dibawakannya peralatan yang akan digunakan oleh Dara baroe. Sesampai di tengah jalan ada sebuah rawa, karena jalannya hanya jalan setapak maka tanpa disadari sang dara baro ternyata berjalan diatas tanah lembek di pinggir rawa sehingga semakin lama sang dara baro semakin tenggelam, ketika dara baroe itu ditolong dengan di tarik rambutnya ternyata semakin lama semakin tenggelam dan akhirnya menghilang kedalam rawa dan karena kejadian itu diberilah jalan tersebut dengan nama jalan dara baroe.

Setelah bercerita asal mula nama jalan tersebut nenek Maimunah mengatakan bahwa puan yang seperti dibawa oleh dara baroe muncul di sumur dekat rumah nenek tersebut dan rumah nenek tersebut berada di dekat yang dulunya rawa tempat tenggelamnya sang dara baroe, tapi karena terlalu banyak warga yang melihat, akhirnya puan tersebut hilang dan tidak pernah muncul di permukaan sumur tersebut.

Another story dari gampong Rhing Mancang yang diceritakan oleh nenek Maimunah, dulu dibelakang rumah nenek Maimunah terdapat rawa, ternyata dirawa tersebut ada sesuatu yang mistis, apabila dibakar kemenyan maka munculah peti dipermukaan yang didalam peti tersebut terdapat perkakas untuk mengadakan acara atau biasa di gampong disebut dengan kenduri. Peti tersebut akan muncul apabila yang membakar kemenyan adalah ibu dari nenek Maimunah. Pada suatu ketika ada yang meminjam perkakas tersebut, namun tidak dikembalikan secara lengkap dan peti itupun tidak muncul lagi walau dibakar kemenyan, karena telah melanggar rule  dari perti tersebut. Ternyata perkakas yang tertinggal itu berupa cawan tempat minum air. Walau sudah diketahui apa yang tertinggal tapi tetap tak bisa dikembalikan karena peti tersebut tak mau muncul kembali. Cawan itu di gunakan seorang pemuda untuk minum, ibu dari nenek Maimunah sudah memberitahukan jangan menggunakan cawan tersebut, namun dia tidak menghiraukan dan tetap minum dari cawan tersebut, dan akhirnya bibir pemuda itu menjadi mereng seperti terkena stroke.





Rhing Mancang

Alamat
Gampong Rhing Mancang Kec Meureudu Kab Pidie Jaya
Phone
085260121190
Email
[email protected]
Website
rhingmancang.sigapaceh.id

Kontak Kami

Silahkan Kirim Tanggapan Anda Mengenai Website ini atau Sistem Kami Saat Ini.

Total Pengunjung

15.038